Thursday, 24 September 2009

Pementasan Drama "ATAS NAMA IBU" (Pensi Th. 2008)


Pelindung: Dra. Ening Yuni S.A.,MA.
Pembimbing:
Yulian Istiqomah, S.Pd.
Lutfiatul Khasanah, S.Pd.
Sekretaris: Isti Anifah
Bendahara: Devi Ristyani

Crew Produksi

Penata Rias:

Halimah, Siska, Mei, Pipit, Ambar, Nova, Sela,Mey, dan Liya.
(Buat mereka menjadi cantik ya!)


Penata Kostum:

Mustanganah, Inaka, Siska, Eni, Ade, Fitri, Erni, Retno, Rohma, Cyndy.
(Carikan baju yang sesuai, oke?)


Penata Panggung:

Nurul, Surya, Mela, Tami, Hastin, Novela.
(Meski harus angkat2, semangat ya!)


Properti:

Isti, Anis, Septi, dan Marlina
(Hei, jangan lupa Rantang untuk tokoh tetangga ya!!)


Penata Musik:

Risti, Ayu, Eva, Devi
(Nyantai saja,dibantu bu Yulian Kok!)


Aktris/Aktor Picture

Sutradara: Muklis Aryadi

Pimpro: Erwin Dwiyanti

Narator: Ulfatun

Pemain:

Yuli Sebagai Santi Fahmi sebagai Tetangga

Riani sebagai Dina Nurlela sebagai Suster

Sri M. sebagai Nike Fuat sebagai Pak RT

Nurul sebagai Monika Bayu sebagai Dokter

Heri sebagai Polisi


Sinopsis Cerita “Atas Nama Ibu”
Cerita dalam drama ini mengisahkan tentang kehidupan seorang anak yatim yang teramat mencintai ibunya yang hanya selalu merintih kesakitan selama bertahun-tahun. Sang anak (Dina) adalah anak yang cerdas dan dikenal sebagai pribadi yang baik.
Suatu hari, terjadi peristiwa yang tak terduga terjadi pada keluarga Dina, secara tiba-tiba sang suster mendapati Ibu Dina kritis bahkan hamper meninggal. Keibutan dan saling tuduh pun terjadi hingga akhirnya tetangga, teman-teman Dina, dan tetangga Dina pun sepakat untuk melaporkan Dokter dan suster yang selama ini telah merawat ibu Dina ke polisi yang kebetulan adalah ayah Monika, teman Dina.
Namun, sungguh tidak disangka ternyata dokter dan suster yang merawat Ibu Dina adalah sahabat sang polisi dan telah selama bertahun-tahun turut mambantu polisi mengotopsi mayat-mayat misterius. Di tengah, ketegangan yang berlangsung, Dina akhirnya mengaku bahwa dialah yang telah meracuni ibunya sendiri. Mengapa Dina membunuh ibunya sendiri? cari jawabannya, dengan menyaksikan secara langsung pementasannya!...

Opini: “Apa Kata Mereka Tentang Teater Fatwa dan Sekolah Kita?”
Oleh: Bu Yulian Istiqomah, S.Pd.

Teater Fatwa merupakan “Bengkel sastranya” para siswa di MTsN Sumberagung Jetis Bantul. Siswa dapat mengaplikasi dan mengembangkan pengetahuan mereka. Dengan terus berkarya dan mengembangkan diri melalui Teater Fatwa, para siswa secara tidak langsung dapat turut berperan serta dalam memajukan sekolah, yaitu MTsN Sumberagung tercinta ini.
Riani Dwi Astuti (8.A):
Setelah bergabung dalam teater Fatwa, saya jadi lebih percaya diri dan yakin bahwa kita itu bias berkarya dalam bentuk apapun. Saya bangga menjadi bagian dari Teater Fatwa dan MTsN Sumberagung, saya lebih kreatif dan lebih rajin beribadah.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh siswa-siswa lainnya, seperti Heri W. (8.A), Devi R. (8.A), Yuli (8.A), dan Ade (8.A). Jadi, pada dasarnya para siswa merasa bangga menjadi siswa-siswi MTsN Sumberagung dan bertekad untuk selalu
mengembangkan diri dan berprestasi. Oke, deh. Chayo untuk MTsN Sumberagung!!.....

No comments: