Wednesday, 30 November 2011
“Pisah Sambut Kepala Madrasah dan Kepala TU Matsumba”
Kawan, sedih memang ditinggalkan oleh Ibu Dra. Ening Sholeh Astuti, MA. yang selama 3,5 th telah menjadi sosok ‘bunda’ yang luar biasa bagi kita, Klub Fatwa Khususnya. Beliau saat ini telah menjabat sebagai Pengawas Agama di lingkungan Kemenag.
Begitu juga dengan Bp. H. Masrukhan, S.Pd. Beliau telah melaksanakan tugasnya sebagai Ka TU Matsumba dengan baik. Saat ini beliau menjadi guru BK di MTsN Giriloyo.
Tapi jangan khawatir Sobat, kita juga diberikan pengganti yang tak kalah hebatnya. Beliau adalah Ibu Hj. Sri Pangatun S,Pd. Dulu menjabat sebagai Kepala MTsN Pundong, dan sekarang beliaulah sosok ‘Bunda’ kita. Bukan itu saja, sekarang kita juga memiliki Bp. Slamet Widodo yang begitu disiplin dan bersahaja sebagai kepala TU kita. Nah, di tangan beliau berdualah kini nasib masa depan Matsumba, namun tetap di pundak kita bersamalah ruh dan nafas Matsumba kan senantiasa harum di mata dunia. Semangat ya!!....(Red.)
“Pesta Demokrasi OSIS MTsN Sumberagung"
Ini adalah pesta demokrasi kedua yang diadakan oleh OSIS Matsumba. Tepatnya pada tanggal 25 Oktober 2011. Seluruh stakeholder Matsumba memilih 6 kandidat calon ketua OSIS (Fika, Nadia, Novi, Nadila, Miranti, dan Yessy) pasca orasi mempesona mereka pada Senin sebelumnya saat upacara. Akhirnya terpilihlah Fika dan Miranti sebagai Ketua OSIS dan wakilnya untuk periode 2011-2012. Para calon pengurus OSIS pun diberi pembekalan selama 2 hari (tgl 29-30 Oktober 2011) dan akhirnya dilantik oleh ibu kepala madrasah pada hari Senin, tanggal; 31 Oktober 2011 lalu. Semoga di tangan mereka madrasah kita kian JAYA!! Semangat ya, Sobat!!..(Red)
“Pembiasaan Menulis Diary ; Sebagai Sarana Pendidikan Berkarakter Bagi Siswa Matsumba”
Oleh: Yulian Istiqomah, S.Pd. Sudah menjadi opini umum bagi siswa bahwa menulis itu ‘sulit’. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berbicara daripada menulis. Pada umumnya, para siswa lebih suka melihat, mendengarkan, dan berbicara daripada menulis. Hal inilah yang menyebabkan pembiasaan menulis bagi siswa menjadi tampak sulit dilakukan. Menulis diary atau yang sering dikenal dengan istilah buku harian merupakan kegiatan menulis yang dianggap paling mudah untuk dilakukan. Siswa tidak harus berpikir terlalu rumit untuk mencari bahan tulisan. Semuanya sudah ada dalam pikiran dan perasaan mereka sendiri yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, maupun pemikiran mereka tentang suatu hal. Di samping itu, tidak ada batasan isi dan bentuk dalam menulis diary. Mereka bebas berekspresi melukiskan suasana hati dan pikiran mereka, kapan saja dan di mana saja.
Dengan maraknya pendidikan berkarakter saat ini, Diary menjadi salah satu sarana atau wadah untuk menampung keluhan siswa sekaligus mengimplementasikan materi ‘menulis diary’ dalam mapel Bahasa Indonesia. Melalui diary, guru akan lebih mudah melakukan pendekatan personal pada siswa, sehingga dapat mengetahui latar belakang kehidupan, motivasi, maupun kondisi emosional siswa. Hal ini dapat memudahkan guru dalam menangani siswa yang bermasalah atau tampak tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran.
Diary bersifat rahasia. Ini komitmen yang harus dipegang oleh guru bila ingin mendapat kepercayaan siswanya. Mereka perlu dibuat nyaman dan diyakinkan bahwa rahasia mereka aman untuk dituangkan dalam diary mereka. Tentunya setiap siswa memiliki masalah yang mengganggu konsentrasi belajar mereka dan berharap akan mendapat solusi yang terbaik dari guru yang mereka ijinkan untuk membacanya. Dengan demikian, guru akan dapat dengan mudah mengarahkan dan memberikan masukan yang positif bagi pembenahan karakter dan penyelesaian masalah siswa.
Semakin banyak siswa tertarik untuk menulis diary, maka pekerjaan seorang guru tentu akan semakin menumpuk, karena harus mengomentari setiap catatan harian siswa yang tentunya mereka nantikan jawabannya. Dalam hal ini, fungsi diary dapat berbelok menjadi semacam buku konsultasi. Namun, guru yang baik tidak hanya dapat menyampaikan materi dengan baik saja, namun juga hendaknya dapat menjadi sosok yang selalu ‘dicari, dibutuhkan, bahkan dirindukan’ oleh para siswanya. Dengan demikian, diharapkan proses pembelajaran pun akan berlangsung dari hati ke hati dan materi yang disampaikan pun akan terus terpatri hingga akhir hayat mereka nanti.
MUKENA ANITA”

Oleh: Estri Rohmawati (VIII.D)
Anita, bocah 7 th kelas 1 SD khusyuk membenahi sandal dengan kawat karatan milik ayahnya. Matanya melirik ke mukena usang yang dijemur ibunya.
“Mak, apa mukenaku akan jadi putih?”
Emak terdiam. Ayah dan abangnya yang baru saja pulang tersenyum mendengar pertanyaan Anita yang dilontarkan berkali-kali.
“Besok Bang Husen belikan mukena, Dik. Insyaallah abang gajian.” Mata cantik Anita semakin berbinar bahagia.
Siang itu, di atas becak Mang Udin, Nita berkhayal akan mukena barunya.
“Cepat sedikit, Mang! Anita mau melihat mukena baru.” pinta Anita.
Sesampainya di rumah, tak didapatinya mukena barunya, namun rumah reyotnya penuh dengan warga desa. Tampak ibu dan ayahnya menangis pilu di depan jasad Abangnya. Anita tersedu.
“Mengapa Abang membawa kain kafan dan bukan mukena baru Anita?” (Selesai)
“Nada Rindu Untuk Ibu”

Ibu pernah berkata,
Suka duka milik kita bersama
Jangan dimamah sendiri, gerogoti hati
Ibu juga pernah katakan,
Gagal adalah kunci keberhasilan
Tetaplah terjang segala rintangan
Ah, Kala kulunglai menyapih duka
ingin aku kembali ke pelukannya
Dengarkan segala petuahnya
Dalam diam tak banyak Tanya
Ibu, kusulam keadaan di antara tangisku
Kucurahkan segala rasa dalam puisiku
Namun... nada rindu di hatiku
Hanya untuk ibu…..
Nurul Latifah (VII.B
Zuhrotus Syarifah (Siswi MTsN Sumberagung):Mendulang Mimpi Bersama 15 Finalis LMCR 2011 Se-Indonesia
“15 Besar LMCR 2011 Se-Indonesia”
Sobat, Prestasi yang luar biasa kembali berhasil diraih oleh Tim Jurnalistik Madrasah kita. Di bawah bimbingan Ibu Yulian Istiqomah, S.Pd, cerpen atas nama Zuhrotus Syarifah (IX.A) yang berjudul "SI ATANG DAN GUNUNG AJAIB" berhasil masuk 15 Besar dari 3.806 naskah dalam event LMCR (Lomba Menulis Cerita Remaja) 2011 Se-Indonesia.
Nah,langkah selanjutnya Zuhrotus Syarifah harus mempresentasikan atau mempertanggungjawabkan cerpennya di Bogor pada tanggal 14-17 November 2011 ini. Tetapi sayangnya, Sang pembimbing (Bu Yulian Istiqomah, S.Pd) tidak bisa mendampingi ke sana karena sedang menanti detik-detik kelahiran putranya yang pertama. Alhamdulillah, di tengah kebingungan itu, Ibu Dra. Sunarti selaku waka Kurikulum bersedia mendampingi hingga ke Hotel Prioritas (Jl. Raya Puncak, km 83 Cisarua, Bogor) selama 4 hari.
Sobat FATWA, Sebelum berangkat ke Bogor, banyak hal harus disiapkan oleh Zuhro bersama pembimbing. Di antaranya: latihan presentasi dan beberapa tes wawancara dan tertulis yang diberikan oleh Bu Yulian agar ia lebih siap selama mengikuti Workshop LMCR tersebut.
Alhamdulillah, berkat doa kalian semua dan seluruh stakeholder madrasah, kita mendapat peringkat ke 8 dan berhasil mengalahkan 7 finalis LMCR lainnya. Bagi Zuhrotus dan Bu Yulian, ini seperti mimpi. sungguh tidak menyangka, Madrasah pinggiran seperti kami ini bisa bersama-sama mendulang mimpi melalui karya kreatif jurnalistik kami bersama 15 siswa terbaik lainnya se-Indonesia. Wow.... Buat Zuhro, tetap semangat menulis ya! dan buat Bu Yulian, jangan pernah bosan untuk membimbing siswa-siswa lainnya untuk terus berprestasi dan menghasilkan karya nyata.(Red)
Monday, 30 May 2011
Ini Susunan Acara Perpisahan Di Madrasahku
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUMBERAGUNG (417703)
Alamat: JL. Imogiri Barat km 11, Banaran, Sumberagung, Jetis, Bantul
Yogyakarta 55781 Telp. (0274) 6993 748
Hari/Tanggal : Selasa/31 Mei 2011
Pukul : 08.30 – selesai
Tempat : Gedung Sekolah MTsN Sumberagung
2. Diah Yunia Mawarti
Susunan Acara Inti:
1. Pembukaan 4. Sambutan-sambutan
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya 5. Lain-lain
3. Prakata Panitia 6. Penutup
Rincian Acara
Pra Acara ------ Oleh: FATWA BAND (menyesuaikan)
Karaoke.... (spontanitas siswa/guru------ Jika ada)
1. Pembukaan
Bacaan Ayat Suci Al-Qu’an ------- Oleh: Fitria Khasanah (Qori’) dan Zuhrotus Syarifah (Terjemahan)
2. Menyanyikan Lagu “Indonesia Raya”
Dipandu Oleh Grup paduan suara, dinyanyikan bersama-sama audiens
Lagu “Selamat Datang” (Irama MANUK DADALI“)--------- Oleh: Grup paduan suara
3. Prakata Panitia
Oleh: Bpk. Paryaman, S.Pd.
4. Sambutan-sambutan
a. Ucapan Pesan kesan Siswa Kelas IX ------- Oleh: Ujang Apriyana
b. Ucapan Selamat jalan siswa Kelas VII/VIII....... Oleh: Dita Ardiyaning Putri
Paduan Suara -----------Oleh: Grup Paduan Suara MTsN Sumberagung
Lagu : Terima Kasihku (disisipi puisi) dan lagu; anak indonesia
c. Sambutan Kepala Madrasah
Penyerahan kembali siswa kelas IX---
Oleh: Ibu. Dra. Ening Yuni Soleh Astuti,MA.
d. Sambutan Komite Madrasah
Penerimaan kembali siswa kelas IX----Oleh: Bpk. Busrowi
e. Sambutan Muspika Kecamatan Jetis
Dimohonkan kepada Ibu Camat Jetis/ yang mewakilinya…
Pementasan Drama ------- Oleh: Klub Teater Fatwa MTsN Sumberagung
(Judul: KARENA TUHAN SAYANG PADAKU----Karya: Ibu Yulian Istiqomah, S.Pd.)
Band; FATWA BAND (2 lagu)
5. Lain-lain ------ Oleh: Panitia
a. pengumuman penting panitia
v Spontanitas (sementara...)
--- Bangkit/Aldo Karaoke lagu: lelo ledung
--- Bu Ening karaoke Lagu : Rapuh/Akhirnya
--- Bu Yulian Istiqomah Karaoke Lagu : Dalam Batas Asaku
6. Penutup -------- Oleh: Pembawa Acara
Pentas seni / Acara bebas----
NASKAH PENSI 2011
KARENA TUHAN SAYANG PADAKU
Karya:Yulian Istiqomah
Prolog: (dengan iringan music) oleh narator
Di tengah tumpukan dosa. Di tengah letihnya jiwa. Di dalam pekatnya kubangan derita. Bibir ini tergetar, lemah... kalah... namun tak ingin menyerah. Semangat tlah berkobar. Bayang diri pada cermin masa terpampang nanar.. Liar... Logika tak bosan meneriaki jiwa untuk belajar, Ikhtiar... tawakal... dan sabar...
(musik meninggi sejenak)
Para pemirsa… Klub “Teater FATWA” MTsN Sumberagung Jetis Bantul di bawah bimbingan Ibu Yulian Istiqomah dan Ibu Lutfiatul Khasanah, dan berserta segenap kru Poduksi, dengan BANGGA…. mempersembahkan sebuah drama yang berjudul “KARENA TUHAN SAYANG PADAKU” Karya Yulian Istiqomah, dengan Pemain : Aldo sebagai Aryo, Diah sebagai Mbok Iyem, Sigit Sebagai Gepeng, Bagas Sebagai Acong, Riwe sebagai Ibu, Aninda Sebagai Sri, ilham Sebagai Satpam, Estri Sebagai Bu Tami. Fajar sebagai Pak Kus, Nadya sebagai Fitri, Hera sebagai Mega, Hocky sebagai Amel, Nisa Sebagai Tania, Widia sebagai Sofie, dan Yovi, Yustika, Nikensebagai Figuran 1, 2, 3.
----------Selamat Menyaksikan!!............
SETTING:
PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH JALAN DEPAN SEKOLAH DENGAN SEBUAH WARUNG MAKANAN DI SAMPING SEKOLAH. WARUNG SEDERHANA, MENJUAL BERBAGAI MINUMAN DAN MAKANAN. MEREKA MAKAN, MEROKOK TANPA MEMPERDULIKAN BEL YANG BERBUNYI. TERDAPAT 2 PINTU MASUK (KANAN DAN KIRI). PINTU KIRI ADALAH ARAH DATANG ANAK SEKOLAH. PINTU MASUK KANAN ADALAH GERBANG SEKOLAH. DI WARUNG TAMPAK SEORANG ANAK BERSERAGAM SMP (ARYO) SEDANG ASYIK MEROKOK SAMBIL MEMAINKAN HPNYA. PEMILIK WARUNG (MBOK IYEM) TAMPAK MEMBERSIHKAN WARUNG.
ADEGAN I
MUSIK: REKAMAN IRINGAN DOA PENUTUP SETELAH ASMAUL HUSNA DAN SHOLAWAT
DI SISI KANAN PANGGUNG, DI KURSI DEKAT PINTU MASUK, SATPAM TERTIDUR. ADA SEORANG ANAK SMP (GEPENG) MELONGOK DARI ARAH KANAN HENDAK KE WARUNG. TAKUT KETAHUAN SATPAM.
1. Aryo : (TERSENYUM SENANG. TANGANNYA MENGISYARATKAN UNTUK JANGAN BERSUARA DAN MEMINTA CsNYA MENDEKAT) ”Sssstt..... Cepat, sini!”
2. Gepeng : (MENGACUNGKAN JEMPOLNYA, LALU NGECEK APA SATPAM BENAR-BENAR TIDUR. LALU TAMPAK TENANG DAN SEOLAH INGIN MEMUKUL SATPAM, NAMUN LALU TERKIKIK, MENGODE ACONG UNTUK MENDEKAT DAN BERJALAN SANTAI KE WARUNG.)
3. Acong : (BERHENTI DI DEPAN SATPAM, BERMAKSUD MENJULURKAN LIDAHNYA SAMBIL MELOTOT, NAMUN SATPAM PAS MENGUAP. JATUH TERJUNGKANG TANPA SUARA DAN LARI NGIBRIT TAKUT KE ARAH WARUNG)
MUSIK: BELL ISTIRAHAT BERDERING NYARING, DAN SEDIKIT SISWA RIBUT/MUSIK CERIA. LALU LAMA-LAMA HENING...
4. Gepeng : (MENYAPA HANGAT ARYO!) ”Hai mas Bro? Wah ndak sekolah lagi ya hari ini? Ah, aku juga males. Gurunya menyebalkan. lagian tiap hari kok tadarus.Hehe.. kayak anak kyai saja.”
5. Aryo : (MANGGUT-MANGGUT, NYENGIR) ”Bener banget. Males juga aku. Guru sekarang banyak maunya. Memangnya otak kita ini memory komputer apa? Yang harus bisa mengingat semua mata pelajaran. Tak boleh terlewat atau terdelete satu pun?”
6. Acong : ”Iyo yo? Lha ning si Fitri itu kok bisa yo? Jane nek koco lodong sing nemplok di matanya itu dicopot, ayu lho, Peng. Hooh ra?”
7. Gepeng : (CUEK) ”Yoh, ngono yo oleh...”
8. Aryo : ”Mau jadi orang alim ya, Cong. Naksir si kutu buku itu?”
9. Acong : ”Wallaaah... yo ndak tho? Sekolah dulu... Lha kamu ini yang dah nemplok sama Amel. Iyo, To?” (CENGAR-CENGIR TERUS NGLIRIK ARYO)
10. Aryo ; ”Halaah ndak penting! Hidup itu cuma sekali, Nikmati dan seneng-seneng saja. Sekolah kan Cuma alasan kita buat nongkrong dan minta duit saja. Ya tho, Mbok?” (BERTANYA KE PENJAGA WARUNG)
11. Mbok Iyem: (NGULEK BUMBU DAN KAGET KETIKA DIPANGGIL ARYO) ”He?! Opo le? Bakwan? Sudah mateng, Le.” (SEMUA NGAKAK)
12. Gepeng: ”Hahay... apik-apik, Mbok Iyem wis rodo budheg. Slenco! Kebeneran malah ora stress dengar ocehan kita di sini.”
13. Aryo : (MENGACUNGKAN JEMPOL KE MBOK IYEM) ”Sip!”
14. Mbok Iyem : (SENYUM) ”Ini, Le. Mung bakwan turahan. Gratis. Tapi ya Cuma kecil-kecil.” (ACONG, GEPENG, ARYO REBUTAN)
15. Acong : (LAHAP) ”Uenak kok mbok, wong gratis.”
16. Gepeng : (NDEKATI MBOK IYEM,SENYAM-SENYUM) ”Mbok, hehe... hari ini aku utang lagi ya? Hari ini sama kemarin, berarti sudah 3 ribu.”
17. Acong : ”Huu.. ra modal tenan! Persis koyo aku. Hehe.. aku yo utang yo Mbok, mung 2 ribu kok.”
18. Aryo ; ”Weh, Jian do nyusahke wong tuwo tenan! Ni mbok, berarti utangku ro utange cah-cah 8 ribu. Dadi jujul.....” (MENGHITUNG PAKAI JARI)
19. Mbok Iyem :(MELONGO MELIHAT UANG 10rb YANG DIULURKAN ARYO) ”Woo.. Ora tuku kuwi Le, Bakwane. Gratis wae. Ning nek mau ngasih duit Mbokne iki, yo kene.” (MENYAMBAR UANG ITU)
SEMUA TERTAWA TERPINGKAL-PINGKAL DENGAN ADEGAN GAK NYAMBUNG ITU. BELL MASUK BERBUNYI. ARYO MENDADAK DIAM DAN BERDIRI.
20. Aryo : ”Aku mau PS. Siapa ikut?”
21. Acong: “Mbolos, Yok? PS? Ngabul-abul duit!”
22. Aryo : “Ah, ndak usah dipikir, Bro! Duit, tinggal minta nyokap, dikasih.”
23. Gepeng : (GELENG-GELENG)“Haa?! Uedyan tenan, bolos PS yang ke tujuh kali dalam seminggu?”
24. Acong : “Wa..wa..waaduuh! Bisa dicekik bapakku ini. Ingat, Bos. Dah mau UAN lho. Insyaf berjamaah, Yuk!” (TAMPANG MEMELAS)
25. Aryo : “Halah! Ndak usah mendadak alim koyo ngono kuwi! Rasak dipikir. Aku yang bayari. Ayo sapa ikut?”
26. Gepeng: ”Aku ndak ikut. Bener Cong, Aku wis insyaf le PS. Boros! Ning wis janjian mbolos neng Mangunan ro cewekku. Asyik tho?”
27. Acong :”Waduh! Horor kuwi.” (MENUTUP MULUT)
28. Gepeng : ”Goblok! Justru lebih hemat dari pada PS!”
29. Acong : “Kata Bapak Nurhadi… Pacaran itu dilarang dalam?… Agama. Dosa itu.”
30. Aryo : “Apa Maksiat? Halaah…Teori!” (MEREKA SEGERA MENGHABISKAN MINUMANNYA)
31. Mbok Iyem: “E..e.. pada mau kemana?”
32. Aryo : “Mau PS, Mbok.”
33. Mbok Iyem : (TERSENYUM SENANG) ”Oh.. mau les? Yoh.. sing sregep le sinau yo Le...”
34. (SEMUA TERKIKIK, TETAPI LANTAS BERDIRI DENGAN GAYA SANTUN, KOMPAK MENGANGGUK DAN BERKATA...)”Nggih...Mbok!”
35. Mbok Iyem: (TERSENYUM, GAYA MANTEB) ”Wong pinter ki kalah ro wong bejo, le. Tak dongakke...” (SEMUA ANGKAT TANGAN SEPERTI BERDOA) ”Mugo-mugo do lulus kabeh le sekolah, do dadi anak sing soleh, Ugo dadi anak kang bekti lan migunani marang wong tuwo, agama, lan negara. Mugo-mugo do oleh petunjuk Allah ya, Le. ”
36. (SEMUA MENGANGGUK-ANGGUK, LALU KOMPAK MENGUSAPKAN TANGAN KE WAJAH SAMBIL BERKATA...) ”Amiiin... Nggih, Mbok...” (LALU PADA NGAKAK. MBOK IYEM MULAI MEMBERESKAN DAGANGAN).
TEPAT SEBELUM MEREKA PERGI, FITRI DAN PAK KUS DATANG
37. Fitri : (BERHENTI DI PINTU KANAN, BERTERIAK SAMBIL MENUNJUK KE WARUNG) ”Itu mereka, Pak! Mau bolos lagi! (ARYO CS KAGET)
38. Acong : ”Waduh...Kata Bapak Satpam, kalau dikejar pak Kus... Laarriiiii!!!...” (SEMUA LARI KE KIRI PANGGUNG)
39. Pak Kus : (MENUJUK MARAH DAN BERTERIAK) ”Hey!! Awas kalian!!”
40. Satpam : (KAGET DAN TERJATUH DARI KURSI, MELIHAT PAK KUS SPONTAN BERDIRI) ”A... ada apa, Pak?”
41. Fitri : ”Huh, Pak satpam tidur terus sih. Tidak melihat anak-anak pada mbolos!” (SEBAL)
42. Satpam : (GARUK-GARUK KEPALA, SENYUM-SENYUM) ”Waduh, maaf, Neng. Tadi malam ronda, Belum tidur je.”
43. Pak Kus : ”Tidak apa-apa. Memang sudah seharusnya dikeluarkan anak-anak itu. Sikapnya makin bengal saja. Dari dulu kok tidak berubah! Bagaimana mereka bisa lulus UAN jika terus begitu. Memalukan saja.” (TERLIHAT JENGKEL)
44. Fitri : ”Padahal dulu waktu kelas satu si Aryo itu pinter lho, Pak. Wong pernah juara dua setelah saya kok waktu itu. Pernah jadi anak emasnya Bu Tania juga. Sejak Bapaknya meninggal, dia jadi begitu.”
45. Pak Kus: ”Ah, sudahlah. Fitri, ayo masuk, besok kita ungkap semua di BP. Ohya, Pak Satpam, tadi Bapak diminta menemui Bu Ening, di ruang kepala.” (SATPAM MENGANGGUK, LANTAS SEMUA KEMBALI MASUK KE PINTU KANAN)
ADEGAN Ii
MUSIK: LANGGAM JAWA... LAMA-LAMA HENING
MBOK IYEM MASIH MEMBERESKAN WARUNG. LAANTAS MENEMUKAN HP. IA MENUTUP DAGANGANNYA DENGAN KAIN DAN MEMBALIK TULISAN ”BUKA” MENJADI ”TUTUP” MENENTENG TAS BELANJAANNYA DAN MEMBOLAK-BALIK HP TERSEBUT)
46. Mbok Iyem: ”Woo...lha Hpne Keri. Milik Aryo ini. Ah, neng pasar disek, Tuku tahu karo gembos.” (MEMASUKKAN HP KE TAS BELANJAAN DAN PERGI KE ARAH KIRI)
MUSIK: MELO, CENDERUNG SEDIH ATAU MENYAYAT LAMA-LAMA HENING...
DARI SISI KIRI PANGGUNG MUNCUL SEORANG GADIS KECIL. MENUNTUN IBUNYA YANG SAKIT KE ARAH PINTU KANAN. TERTATIH-TATIH. BERHENTI DI TENGAH PANGGUNG.
47. Sri : (MENUNJUK KE PINTU KANAN) ”Itu Buk! Sekolah mas Aryo, Bentar lagi pasti bell pulang terdengar Buk.”
48. Ibu : (TERPESONA DAN CERIA) ”Wah...Megah ya Nduk? Pasti kangmasmu sedang tekun belajar di dalam sana, Nduk.”
49. Sri : (TERSENYUM, MERAIH TANGAN IBUNYA) ”Pasti, Buk! Ibu jangan khawatir. Ibu jangan khawatir ya! Biaya yang ibu keluarkan selama ini, pasti tidak akan sia-sia. Mas Aryo pasti lulus!”
50. Ibu : (MENGANGGUK SENANG) ”Amin... Bapakmu pasti senang di alam sana, Nduk.” (TERBATUK-BATUK).
51. Sri: (MENGGELENG) ”Ah, yang penting Ibu jaga kesehatan saja ya? Jantung Ibu kan lemah, sering sesak. Sri ndak mau ibu sakit. Mulai sekarang, biar Sri yang kerja, Buk. Sri bisa kok, Nyuci atau jualan kue-kue milik Bu RT.”
52. Ibu : (TERISAK) ”Ibu hanya teringat pesan mendiang bapakmu, Sri. Bapakmu ingin Aryo kelak jadi sarjana je, Nduk.”
53. Sri: (MULAI EMOSI) ”Tapi dulu kan kita ndak hidup susah begini, Buk. Mas Aryo juga harus tahu diri. Masak tiap hari minta uang buat bayar sekolah. Biaya sekolah Mas Aryo di sekolah ini berapa sih, Buk?” (MEMANDANG KE PINTU KANAN DAN KE IBUNYA YANG TERDIAM) ”Sudah, Sri saja yang tidak sekolah, Buk. Sudah seminggu setelah jantung ibu sering sakit, Sri sudah tidak masuk sekolah kok.”
BELL PULANG BERDERING NYARING. BEBERAPA SISWA (5 TOKOH FIGURAN) TERLIHAT BERHAMBURAN KELUAR.
54. Figuran 1 : (BERJALAN SANTAI DARI PINTU KANAN KE KIRI SAMBIL MENELEPON SESEKALI MELIHAT JAM TANGAN)
55. Figuran 2+3: (KELUAR SAMBIL BERCERITA AKRAB SATU SAMA LAIN)
56. Figuran 4: (LAKI-LAKI, BERJALAN JOGET-JOGET, MENDENGARKAN MUSIK VIA HANDSFREE. TAK SENGAJA HAMPIR MENABRAK SRI, LANTAS MENGANGGUK MINTA MAAF)
57. Sri : (MENGIKUTI FIGURAN 4) ”Mas...mas.. Apa mas lihat mas Aryo?”
58. Figuran 4: (MELEPAS HANDSFREE) ”Maaf, hari ini saya belum lihat Aryo je, Dik.’
59. Mega :(SEORANG WANITA GEMUK DAN CENTIL BERJALAN MENDEKATI SI IBU, IBU PUN SEGERA MENYAPA DAN BERTANYA)
60. Ibu : “Nak, saya ibunya Aryo, apakah Aryo.....”
61. Mega : (MENYEROBOT) “Hah?! Anda ibunya Aryo? Yang putih, pinter, cuakep, dan borju itu? Ah... tidak menyangka. Ini pasti adiknya. Duh, cantiknya...”
(IBU DAN SRI BINGUNG DAN HANYA SALING BERPANDANGAN MENDENGAR TINGKAH CENTIL DAN RAMAH GADIS ITU. DARI PINTU KANAN MUNCUL 3 GADIS GAUL YANG MASIH MENGAMATI TINGKAH MEGA)
62. Mega : “Hehe.. Eh iya, Lupa. Ibu... emh... anu.. perkenalkan... saya itu... pac.. pacarnya....”
63. Amel : (MENYEROBOT DAN MEMBENTAK GALAK) “Heh, Gendut!!.. ngaca dong ngaca! Bengkak begitu mau jadi pacarnya Aryo.”
64. Ibu : (TERSENYUM MANIS, BERALIH MENATAP AMEL) “Nak, saya ibunya Aryo. Apa Aryo masih ada di dalam sana?”
(AMEL TIDAK MENJAWAB MALAH JUSTRU MENATAP DARI ATAS KE BAWAH SI IBU DENGAN TATAPAN JIJIK)
65. Tania : (BERGIDIK TAK PERCAYA) “ Whats?! Ini ibunya Aryo?”
66. Sofie : (SALING BERPANDANGAN DENGAN TANIA DAN AMEL) “Apa ndak salah, Mel? Dekil dan Udik begini mau jadi mertua Loe?”
67. Amel : (TERTAWA DAN MENGGELENG) “Hahaha.... ya nggaklah! Ibu?? Ndak mungkin! Eh, Bu! Aryo itu anak konglomerat. Masak ibunya... (MENUNJUK DARI ATAS KE BAWAH SI IBU) dekil dan kampungan begini? Jangan Mimpi ya!!” (BERKACAK PINGGANG)
DI PINTU PANGGUNG KANAN, TANPA MEREKA SADARI BU TAMI MEMPERHATIKAN PERCAKAPAN MEREKA DENGAN MIMIK MUKA MARAH.
68. Sri : (MENENGAHI, MENARIK IBUNYA MUNDUR, BERKACAK PINGGANG, MELOTOT MARAH) “Heh! Kak! Bicara pakai hati dong, Pakai otak, dan jangan Cuma pakai tampang!”
69. Amel : ( MARAH ) “Sialan!!”
70. Ibu : (TERBATUK-BATUK) “Sri... sudahlah...”
71. Sri : (KETUS) “Biar, Buk. Amit-amit bila pacar mas Aryo tak tahu etika begini. Ingat ya, Kak! Kakak sama sekali tidak pantas jadi pacar mas Aryo!”
72. Amel: (MARAH) ”Heh, Kurang Ajar!” (HAMPIR MENAMPAR SRI)
73. Bu Tami : (MEMBENTAK MARAH) ”Amel!!” (MENDATANGI MEREKA. SEMUA KAGET. TANIA DAN SOFIE KETAKUTAN) ”Memalukan!! Begitukah kami mengajari kalian, Heh?!” (MEMELOTOTI AMEL, TANIA, DAN SOFIE) ”Cepat! Minta maaf sama ibu dan adik Aryo ini!”
TANPA SUARA DENGAN BIBIR MANYUN MEREKA MENYALAMI IBU DAN SRI. SRI TERSENYUM GELI LALU MENJULURKAN LIDAH.
74. Amel: (DENGAN MIMIK TAKUT DAN RAGU) ”Bu Tami, boleh kami pulang? Mohon jangan laporkan kami pada Pak Kus, Kami tidak mau disidang di BP lagi Bu.”
75. Bu Tami : (MENGANGGUK, TANPA SENYUM, SETELAH AMEL CS PULANG. BU TAMI TERSENYUM PADA IBU&SRI) ”Maafkanlah mereka, Bu. Mereka memang terlalu sering bikin ulah.”
76. Ibu : ”Apa anda wali kelas Aryo, Bu?”
77. Bu Tami : ” Benar, Ohya Bu, apakah Aryo punya banyak masalah di rumah? Karena hampir tidak pernah dalam sehari, Aryo bisa mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir. Bahkan, sudah 6 kali dalam minggu ini Aryo membolos sekolah, Bu. Jika begini terus, Aryo bisa tidak lulus Bu. Bahkan terancam di keluarkan.”
78. Ibu : (TERKEJUT) ”Astaghfirullah... Aryo!” (SEDIH)
79. Sri : ”Buk, mas Aryo Keterlaluan! Tidak punya hati! Kita banting tulang cari uang, banyak utang. Tapi mas Aryo? Huh! Tinggal sekolah saja tidak becus!!”
80. Bu Tami : ”Maaf, memangnya dimana suami ibu?”
81. Ibu : ”(SEDIH, SESAK NAFAS) ”Suami saya meninggal sejak 2 tahun yang lalu, Bu. Kecelakaan. Meninggalkan banyak hutang yang harus kami lunasi. Harta kami pun habis. Kami...”
82. Sri : (MENYEROBOT) ”Belum lagi setiap hari mas Aryo minta uang 20 rb untuk nyicil bayar uang sekolah. Bahkan...”
83. Bu Tami : (KAGET, MENYEROBOT) ”Apa?? Sebentar, Uang sekolah? Siswa hanya diminta membayar uang kegiatan saja, selebihnya sudah ditanggung BOS dari pemerintah. Bahkan Aryo belum sekalipun membayar uang kegiatan itu Bu.. dan...”
84. Ibu : ” (LEMAS DAN DI TAHAN OLEH BU TAMI) ”Ya Allah... Aryo! Tega kamu Le, mbohongi ibu... ” (TIBA-TIBA SESAK KARENA JANTUNG KAMBUH. TAMPAK MENAHAN SAKIT.TANGAN MENEMPEL DI DADA)
85. Sri : ”Ibu!! Bu, jantung ibu saya kambuh pasti.” (TERISAK)
86. Fitri : (MASUK KE PANGGUNG DARI PINTU KANAN, DAN KAGET MELIHAT IBU DAN SRI) ”Lho... Ibu, Dik Sri? Jantung ibu kambuh ya, Dik?” (LANGSUNG MEMAPAH IBU)
87. Bu Tami : ”Baiknya kita bawa ke rumah sakit saja. Terlalu berisiko. Ibu bawa mobil. Ayo, Fit! Sebelum makin parah.” (MEREKA MEMAPAH IBU KE ARAH KIRI PANGGUNG, DIIKUTI SRI DIBELAKANG YANG MENANGIS TERSEDU)
ADEGAN IiI
MUSIK: Slow... Menyayat... dan hening....
NARATOR:
Kala asa binasa, Hidup di puncak derita, meski beribu upaya telah dicoba. Maka, Kuasa Allah-lah yang kan bicara. Sungguh, Allah itu Maha Kuasa lagi Maha Adil pada setiap hambaNYA.
Keesokan harinya.................
SATPAM TERLIHAT NGOBROL SAMBIL MEROKOK DENGAN MBOK IYEM YANG SEDANG MENATA DAGANGANNYA. TERDENGAR REKAMAN BAHWA BELL JAM 1 SELESAI. ARYO MENGUAP, KELUAR DARI PINTU KIRI, NAMUN SEGERA BERLARI MASUK KEMBALI SEOLAH SEMBUNYI KETIKA MELIHAT SATPAM. SATPAM MEMBUANG PUNTUNG ROKOKNYA DAN MENGULURKAN UANG SERIBU PADA MBOK IYEM, KEMUDIAN MASUK KE PINTU KANAN. ARYO MENGENDAP-ENDAP KELUAR PANGGUNG HENDAK MENUJU PINTU KANAN.
88. Mbok Iyem: (MEMANGGIL ARYO) ”Eh, Le...le....Aryo!”
89. Aryo: (MENDADAK BERHENTI, MENGISYARATKAN MBOK IYEM DIAM) ”Sssstt... wah jian Simbok ki! (MAU MELANGKAH KEMBALI)
90. Mbok Iyem:: (MENUNJUKKAN HP ARYO DAN SEBUAH SURAT) ”Wo yo wis... berarti ini HPnya untuk Simbok?”
91. Aryo : ”Lho?!.. Wo yo jangan, Mbok!” (LANGSUNG MENDEKATI SIMBOK DAN MEMINTA HPNYA)
92. Mbok Iyem:: (MENJEB) ”Hmm... kemarin ketinggalan. Lali tho?”
93. Aryo : (CENGENGESAN) “Hooh, Je. Lho ini surat dari siapa Mbok?” (MENERIMA SURAT)
94. Mbok Iyem:: “Dari Nduk Fitri. Pagi sekali ia menitipkan ini buat kamu. Penting katanya. Wis gek ndang diwoco, Le.”
95. Aryo : (BINGUNG MEMANDANGI SURATNYA) ”Fitri? Aneh. Ada apa dengan gadis udik tetanggaku itu?” (MELETAKKAN TAS DI KURSI WARUNG, BERJALAN KE DEPAN KETENGAH PANGGUNG DAN MULAI MEMBACA)
IRINGAN: REKAMAN SUARA FITRI MENYUARAKAN SURAT ITU
“Aryo, Langsung saja, semalam aku menunggumu di rumah hampir 2 jam, tapi nihil. Mungkin kau menginap di rumah Gepeng atau Acong. Perlu kamu tahu bahwa Ibumu kini terbaring kritis di rumah sakit. Mungkin selama ini kamu tak tahu atau tidak mau tahu bahwa ibumu sakit jantung? Bahkan adikmu berhenti sekolah memutuskan untuk bekerja. Demi kamu tentu saja, Yok. Tak merasakah kau bahwa selama ini kau sudah dianak emaskan? Sebagai seorang sahabat yang senantiasa kau pandang miring. Justru aku merasa engkaulah yang sinting. Linglung! Tak pernah menyadari siapa dirimu, seberapa banyak kasih sayang yang kau curahkan untuk ibu dan adikmu? Kau anggap budakkah mereka? Kau sia-siakan kecerdasanmu hanya demi menghayati julukan barumu, “Preman Sekolah”? Puaskah kau dengan hal itu? Sedang ibu dan adikmu mederita dan kecewa. Asa mereka binasa akibat ulahmu. Butakah matamu, hingga tak pernah kau melihat kerja keras ibu dan adikmu? Menutup hutang-hutang ayahmu, memenuhi kebutuhan uedanmu itu? Meniti mimpi berusaha mencukupi agar kau jadi sarjana di kemudian hari.Lihat dirimu, Yok! Amati dengan mata hatimu! Buta juakah? Na’udzubillah! Renungkanlah Yok. Ibarat kertas putih, masih ada lipatan masa setelah ini yang bisa kau jaga tetap bersih, Niatkan untuk menggapai ridho Allah, Yok. Insyaallah kebahagiaan kan menyertaimu.
Aryo, aku masihlah sahabatmu yang bermimpi ingin melihat Aryo yang dulu begitu mudah disayangi dan bukan Aryo yang begitu mudah melukai hati. Jika masih tersisa benih-benih kasih di hatimu, Segeralah temui ibumu di RS. Pelita Harapan. Temuilah selama ibumu masih mampu menatapmu penuh kasih sembari membuaimu dalam pelukannya.”
96. Aryo: (SELAMA IRINGAN SURAT ITU, ARYO TAMPAK KAGET, MARAH, SEDIH, PENUH PENYESALAN, DAN DENGAN SEMANGAT MENGGELEGAK IA MEREMAS SURAT FITRI KE DADANYA. LANTAS TERDUDUK PILU DAN MENERIAKKAN IBUNYA) ”Ibuuuu!!....” (TERGUGU) ”Maafkan aku....!” (MENDONGAK. MERAUNG) ”Ya Allah.... Masih pantaskah Aku Menyebut AsmaMU?? Kembali ke jalanMU, Ya Rabbi...? Astaghfirullah.... begitu besarnya dosaku. Inilah teguranMu untukku. ” (TERTUNDUK, TERUS BERBISIK, DAN BERISTIGHFAR)
97. Mbok Iyem: (MENGAMATI ARYO DARI AWAL. PERLAHAN MENDEKAT SAMBIL MEREMAS-REMAS SERBETNYA. DAN PERLAHAN JONGKOK DAN RAGU-RAGU MENYENTUH BAHU ARYO) ”Aryo! Kamu kenopo, Le?”
98. Sri : (BERJALAN PERLAHAN KELUAR PANGGUNG, SEDIH DAN TERSENYUM PENUH SYUKUR)
99. Aryo : (PERLAHAN MENDONGAK, MELIHAT KE SIMBOK SEBENTAR LANTAS MENUNDUK MEMANDANGI SURAT YANG IA DEKAP) ”Ibuku, Mbok. Kritis di rumah sakit. Jantungnya kambuh.... Aku bisa saja kehilangan dia, Mbok....”
100. Mbok Iyem: ”Innalillahi... Mugo-mugo Gusti Allah paring dalan kang becik, Le.” (MEMBERI SEMANGAT)
101. Aryo: (MEMANDANG SIMBOK, MENGUSAP WAJAHNYA) ”Sungguh, Mbok. Simbok saksinya. Demi Allah, Aku janji! Aku akan memulai semuanya dari sini!” (BERDIRI,MENGHIRUP NAFAS, SEMANGAT) ”Aku PASTI Bisa, Mbok! Aku akan LULUS dengan ridho Allah. Karena Allah pasti sayang padaku.” (MENJAUH MERENTANGKAN TANGANNYA) ”Lihat Aku Mbok! Aku akan jadi SARJANA seperti yang almarhum bapak harapkan!”
102. Mbok Iyem: (TERSENYUM, MENGANGGUK MANTAP) ”Alhamdulillah... Insyaflah, Le. Bantulah Ibu dan adikmu.”
103. Sri : ”Mas Aryo....” (MENDEKAT PERLAHAN. SEKETIKA HENING. ARYO MENATAP SRI PENUH MAKNA. SRI TAK DAPAT BERKATA-KATA. MENUNDUK... PILU. TERGUGU)
104. Aryo : (TAK SABAR) ”Sri... Ibu?”
105. Sri : (TERISAK, DIDEKATI SIMBOK) ”Ibu.... telah meninggalkan kita selamanya, Mas. Kita sudah tidak dapat melihatnya ataupun memeluknya lagi....”
106. Mbok Iyem: (LANGSUNG MEMELUK SRI) ”Masyaallah.....Oalah, Sabar ya Nduk. Innalillahi wainnaillaihiroji’un.”
107. Aryo : (TERTEGUN, LEMAS TERTUNDUK, TERGUGU. DAN DENGAN BEGITU MENYESAL BERTERIAK PANJANG) ”IBBUUUU!!......”
H E N N I N G........... (Musik...)
NARATOR:
Sungguh, tak sedetik pun perjalanan hidup kita berlalu tanpa buaian kasih sayang Allah pada kita. Terbaca kapan saja. Dalam setiap detak jantung kita. Dalam kesempurnaan fisik kita. Dalam setiap teguran-teguranNYA, Dalam setiap kirab dosa yang terlintas di benak kita. Dalam setiap petunjuk-petunjukNYA. Dalam setiap senyum tulus yang tersungging untuk kita. maupun dalam setiap derita yang kan semakin mendewasakan kita dan menjadikan perjalanan hidup kita lebih sempurna. Sebagaimana yang terkandung jua dalam Al Qur’an Surat Yunus Ayat 107, yang artinya:
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karuniaNYA. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNYA. Dia Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.”
(Musik meninggi)
DEMIKIANLAH pemirsa, telah kita saksikan bersama persembahan drama yang berjudul “KARENA TUHAN SAYANG PADAKU” karya : Ibu Yulian Istiqomah. Kami segenap kru yang terlibat mengucapkan terimakasih dan SAMPAI JUMPA!!
(The-End)